Rabu, 25 November 2015

KEBIJAKAN PEMBIAYAAN (BUDGETING POLICY) (BUDGETING POLICY). PRINSIP-PRINSIP KEBIJAKAN PEMBIAYAAN Unsur-unsur Kebijakan Pembiayaan. Istilah Kebijakan pembiayaan (payout policy) berhubungan dengan keputusan bahwa perusahaan apakah untuk mendistribusikan uang kepada para pemegang saham, berapa besar uang yang dibagikan, dan apa tujuan dari uang yang dibagikan tersebut. Bila beberapa keputusan mungkin kurang penting dari keputusan investasi dan pilihan pembiayaan, manajer dan dewan direktur akan menggunakan keputusan pembiayaan rutin, dimana beberapa kebijakan pembiayaan tersebut dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan. Sejalan dengan pertumbuhan perusahaan, manajer memutuskan bahwa arus kas operasi sangat memadai untuk tetap melakukan reinvestasi pertumbuhan dan pengembalian uang kepada pemegang saham. Pada kasus Best Buy, keputusan dimulai dengan mendistribusikan uang kepada para pemegang saham (shareholders) yang tidak disebabkan oleh penurunan tingkat pertumbuhan perusahaan. Selanjutnya, perubahan peraturan pajak yang sangat berpengaruh membuat dividen semakin menarik bagi para investor yang didasarkan pada keputusan pembayaran setelah setelah pajak. Trend Terhadap Laba dan Dividen. Gambar 14.1. menjelaskan tentang perubahan trend jangka panjang dan perubahan siklus Laba dan dividen yang dibayarkan oleh perusahaan Amerika Serikat sebagai anggota indeks saham S&P 500. Pertama, penelitian menyatakan bahwa Laba dan dividen jangka panjang cenderung berubah secara bersama-sama (baik pnerimaan maupun dividen). Disini menciptakan kondisi yang mendukung, perusahaan membayar dividen diluar Laba (earning), dengan demikian baik dividen maupun Laba akan mencapai pertumbuhan terus menerus dalam jangka panjang. Kedua, rangkaian Laba lebih sering mengalami perubahan dibandingkan dengan rangkaian dividen. Arah garis Laba per saham tidak merata, tetapi Laba dividen terlihat merata. Berarti bahwa perusahaan tidak menyesuaikan pembiayaan dividen pada saat Laba berubah (naik) atau menurun. Bahkan perusahaan cenderung meningkatkan dividen secara bertahap bila peneirmaan mengalami pertumbuhan pesat dan tetap mengatur pembayaran dividen, dibandingkan mengurangi dividen pada saat Laba menurun. Ketiga, bahwa pengaruh dari resesi baik pada Laba maupun dividen perusahaan menurut standar historis sangat tinggi. Dengan terjadinya penurunan Laba pada tahun 2007 hingga 2009, hal ini memaksa perusahaan untuk mengurangi dividen secara drastic, hasilnya menunjukkan bahwa penurunan dividen lebih rendah dibandingkan dengan penurunan Laba (earning). Trend Terhadap Dividen dan Pembelian Kembali Saham (Share Repurchase). Pada saat perusahaan ingin mendistribusikan uang kepada pemegang saham, merepa dapat melakukannya:apakah dengan membayar dividen atau pembeli kembali saham. Penggabungan dividen dan pembelian kembali saham dari tahun 1971 sampai 2009 untuk semua perusahaan Amerika Serikat yang terdaftar di Bursa Efek. Dari pelajaran (hikmah) Gambar 14.1. dan 14.2, kita dapat menarik tiga kesimpulan mengenai Kebijakan pembiayaan perusahaan. Pertama, perusahaan memperlihatkan keinginan yang kuat untuk mempertahankan pertumbuhan dividen yang stabil yang disesuaikan dengan pertumbuhan peneirmaan (earning) dalam jangka panjang. Kedua, Pembelian kembali saham diprediksi menurut pertumbuhan total pembiayaan (pengeluaran) uang setiap waktu. Ketiga, bila Laba berubah, perusahaan menyesuaikan pembiayaan jangka pendek melalui penyesuaian pembelian kembali saham (daripada dividen), mengurangi pembelian selama masa resesi, dan menambah divd selama ekspansi ekonomi. PROSEDUR KEBIJAKAN PEMBIAYAAN Prosedur Pembayaran Dividen. Pada pertemuan per kwartal atau enam bulanan (semi annual), Dewan direktur memutuskan apakah membayar dengan dividen kas dan berapa jumlah dividen kas yang dibayarkan. Jika pemegang saham telah menetapkan pembayaran dividen sebelumnya, keputusan yang dibuat oleh dewan direktur biasanya, apakah mempertahankan atau menambah dividen, dan keputusan ini didasarkan pada kemampuan perusahaan sekarang dan kemampuan untuk menghasilkan arus ka di masa mendatang, Dewan direktur jarang mengurangi dividen jika mereka meyakini bahwa kemampuan untuk menghasilkan kas sangat membahayakan. Pada kenyataannya, sejumlah perusahaan di Amerika Serikat menambah dividen mereka setiap tahun daru tahun 1999 hingga 2009, dari tahun 2003 hingga 2006, rasio penambahan dividen perusahaan untuk mengurangi dividen adalah 30 berbanding 1 atau diatasnya. Selanjutnya, simbol dari bahaya resesi baru-baru ini adalah bahwa pada tahun 2009 rasio ini adalah 1,5 berbanding 1. Pada tahun ini, 1.191 perusahaan menambah dividen, dan 804 perusahaan mengurangi dividen mereka. Karena waktu yang dibutuhkan untuk membuat catatan pembukuan pada saat saham diperdagangkan, saham mulai menjual ex dividend pada peirode 2 hari sebelum tanggal pencatatan. Pembeli saham ex dividend tidak menerima dividen sekarang, Cara yang mudah untuk menentukan hari pertama dimana saham ex dividend dijual adalah dengan mengurangi 2 hari kerja dari tanggal pencatatan. Tanggal pembayaran adalah tanggal actual dimana perusahaan mengirimkan pembayaran dividen kepada pemegang catatan. Biasanya dalam waktu beberapa minggu setelah tanggal pencatatan. Contoh: 1 Pada tanggal 4 Juni 2010, Dewan direktur Best Buy mengumumkan bahwa dividen kas perusahaan untuk periode empat bulan mendatang akan menjadi $0,15 per saham, yang dibayarkan kepada para pemegang saham pada tanggal 26 Oktober 2010, dan dicatat pada 5 Oktober 2010. Sebelum dividen ditetapkan, Besy Buy, perkiraan-perkiraan penting perusahaan (dalam ribuan dollar) akan mencakup sebagai berikut: Kas $1,826,000 Tagihan Dividen $ 0 Laba Ditahan $ 5,797,000 Pada saat dividen diumumkan oleh direktur, laba yang ditahan adalah $53 juta ($0,15% x 420 juta saham) yang ditransfer ke perkiraan tagihan piutang. Maka catatan penting disini akan menjadi: Kas $1,826,000 Tagihan Dividen $ 63,009 Laba Ditahan $ 5,797,000 Pada saat Best Buy membayar dividen secara actual tanggal 26 Oktober, pada neraca akan memuat catatan penting sebagai berikut: Kas $1,763,000 Tagihan Dividen $ 0 Laba Ditahan $ 5,734,000 Dari contoh 1 di atas, pengaruh nyata dari dividen dan pembayaran dividen yang ditetapkan mengurangi jumlah asset perusahaan (dan ekuitas pemegang saham) sebesar $63 juta. Prosedur Pembelian Kembali Saham. Prosedur pembayaran dividen kas pada dasarnya sama untuk setpa dividen yang dibayarkan oleh setiap perusahaan umum (public). Pada pembelian kembali saham, perusahaan dapat menggunakan sedikitnya 2 metode berbeda untuk menerima uang dari tangan pemegang saham. Metode pembelian kembali saham Pertama adalah pembelian kembali saham di pasar terbuka (open-market). Metode pembelian saham pertama adalah pembelian kembali saham pada pasar terbuka (open-market). Pada pembelian kembali saham pasar terbuka (open market), perusahaan membeli kembali saham lama (yang telah beredar) melalui pasar lelang (terbuka). Beberapa perusahaan membeli kembali saham pada jarak waktu regular, sedangkan perusahaan lainnya lebih bersikap opportunistic, membeli kembali saham bila harag saham relative rendah dan beberapa saham memiliki harga tinggi. Metode pembelian kembali saham kedua adalah self-tender offer atau tender offer. Pada metode tender offer ini, perusahaan mengumumkan harga saham, dan ingin membeli kembali saham, dan menetapkan jumlah saham yang ingin dibeli kembali. Harga untuk tender offer biasanya ditetapkan pada nilai premi yang tinggi di atas harga pasar yang berlaku. Pemegang saham yang ingin berpartisipasi sering menjual kembali saham kepada perusahaan pada harga yang ditetapkan. Jika pemegang saham tidak menjual kembali beberapa sahamnya yang akan dibeli oleh perusahaan, perusahaan mungkin membatalkan atau memperpanjang penawaran. Berarti bahwa pemegang saham ingin menjual banyak saham dari yang ingin dibeli kembali oleh perusahaan. Metode pembelian saham ketiga adalah Dutch Auction. Pada metode ini, perusahaan menetapkan kisaran harga saham dan jumlah saham yang akan dibeli. Investor dapat melakukan tender saham mereka kepada perusahaan pada harga yang ditetapkan, dan disini memungkinkan perusahaan untuk menjajaki kurva permintaan saham mereka. Selanjutnya, kurva saham ini menetapkan berapa banyak saham investor yang akan dijual kembali kepada perusahaan pada kisaran harga yang ditawarkan. Disini memungkinkan perusahaan untuk menetapkan harga saham terendah (minimum), dan jumlah saham yang akan dibeli kembali, dan setiap pemegang saham menetapkan harga. Perlakuan Pajak Untuk Dividen an Pembelian Kembali Pajak. Selama beberapa tahun, dividen dan pembelian kembali saham memiliki konsekuensi pengenaan pajak yang sangat berbeda. Dividen yang diterima investor biasanya dikenakan pajak pada tariff pajak penghasilan biasa. Maka, jika perusahaan membayar dividen senilai $10 juta, pembayaran ini akan dikenakan hutang pajak yang sangat tinggi bagi pemegang saham perusahaan (khususnya untuk pajak pribadi). Di sisi lain, bila perusahaan membeli kembali saham, pajak akan dikenakan untjuk jenis pembayaran ini lebih rendah. Terdapat beberap alasan terhadap masalah ini. Hanya beberapa pemegang saham yang menjual saham mereka sebagai bagian dari program pembelian kembali saham yang dikenakan hutang pajak potensial. Pemegang saham yang tidak berpartisipasi tidak dikenakan kewajiban atau hutang pajak. Rencana Reinvestasi Dividen. Sekarang, beberapa perusahaan menawarkan program reinvestasi dividen (DRIPs), yang memungkinkan pemegang saham untuk menggunakan dividen yang diterima untuk membeli saham tambahan – atau juga saham pecahan yang tidak dikenakan biaya transaksi. Beberapa perusahaan membolehkan para investor untuk melakukan pembelian saham perusahaan secara langsung dari perusahaan tanpa perantara atau broker. Pada program reinvestasi dividen (DRIPs), para peserta biasanya dapat membeli saham sekitar 5 persen dibawah harga pasar yang berlaku. Berdasarkan sudut pandang (perspektif) ini, perusahaan dapat menerbitkan saham baru untuk berpartisipasi lebih ekonomis, menghindari harga dibawah standar (underpricing) dan penyipangan biaya yang dikenakan dalam penjualan saham baru kepada public. Reaksi Harga Saham Terhadap Pembiayaan Perusahaan. Apa yang terjadi dengan harga saham bila perusahaan membayar dividen atau membeli kembali saham? Menurut teori, jawaban untuk beberapa pertanyaan ini sangat mudah. Contoh untuk pembayaran pembayaran dividen, misalnya, perusahaan memiliki asset senilai $1 miliar, yang dibiayai oleh 10 juta saham biasa. Setiap saham akan ditetapkan dengan nilai$100 (S1 miliar ÷ 10 juta saham biasa). Sekarang, misalnya: perusahaan membayar $1 dividen kas per saham, untuk nilai dividen keseluruhan sebesar $10 juta. Asset perusahaan turun menjadi $990 juta. Karena saham yang beredar tetap bernilai 10 juta, dan setiap saham yang ditetapkan pada harga $99. Dengan kata lain, harga saham turun sebesar $1 dari jumlah dividen yang ada. Penurunan harga saham ini menggambarkan bahwa setiap uang yang dikeluarkan perusahaan sebelumnya berada di tangan para investor. Tepatnya, pengurangan harga saham tidak hanya terjadi [ada saat check dividen dikirikan, tetapi juga terjadibila saham mulai menjual ex dividend. RELEVANSI KEBIJAKAN PEMBIAYAAN Kepustakaan mencatat sejumlah teori dab hasil penelitian empiris mengenai Kebijakan pembiayaan. Meskipun penelitian ini memberikan beberapa pemahaman yang menarik mengenai kebijakan pembiayaan, keputusan anggaran modal dan struktur modal yang dianggap sangat lebih penting dari keputusan pembiayaan. Dengan kata lain, perusahaan tidak harus mengorbankan keputusan investasi dan pembiayaan yang tepat untuk kbh pembiayaan dengan kepentingan yang meragukan (questionable importance). TEORI DIVIDEN RESIDUAL Teori dividen residual (residual theory of dividend) merupakan gagasan sebuah sekolah yang menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan oleh perusahaan harus disebut sebagai residual (sisa) – yaitu jumlah diabaika setelah semua kesempatan investasi yang diterima telah diselesaikan. Dengan metode ini, perusahaan akan memperlkakukan keputusan dividen melalui 3 tahap berikut: Tahap 1: Menetapkan nilai anggaran modal optimal, yang akan menjadi nilai anggaran yang memanfaatkan semua proyek-proyek NPV positif perusahaan. Tahap 2: Menggunakan proporsi struktur modal optimal, memprediksi jumlah pembiayan ekuitas keseluruhan yang dibutuhkan untuk mendukunganggaran yang dikeluarkan pada Tahap 1. Tahap 3: Karena biaya laba yang ditahan kurang dari biaya saham biasa (common stock) baru, penggunaan laba yang ditahan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pada Tahap 2. Jika laba yang ditahan tidak memadai dalam memenuhi kebutuhan, penjualan saham biasa yang baru. Jika laba ditahan yang ada melebihi dari yang dibutuhkan, mendistribusikan kelebihanjumlah teb sebagai “dividen residual”.. Menurut pendekatan ini, jika ekuitas modal perusahaan melebihi jumlah laba yang ditahan (retained earnings), tidak terdapat dividen kas yang dibayarkan. Argumen untuk pendekatan ini adalah bahwa manajemen yang andal meyakini bahwa perusahaan memiliki uyang yang dibutuhkan untuk bersaing secara efektif. TEORI KETIDAKSESUAIAN (IRRELEVANCE) DIVIDEN Dividen residual menyatakan bahwa jika perusahaan tidak dapat menginvestasikan labanya untuk mendapatkan nilai pengembalian yang melebihi biaya modal, perusahaan harus mendistribusikan laba melalui pembayaran dividen kepada para pemegang saham. Pendekatan ini menyatakan bahwa dividen menyatakan laba residual dibandingkan dengan perubahan keputusan aktif keoytusan yang mempengaruhi nilai perusahaan. Pendapat tersebut sesuai dengan teori irrelevansi dividen yang dikemukakan oleh Merton H. Miller dan Franco Modigliani (M & M), yang menyatakan bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan laba dan resiko asset (investasinya) yang membagi gelombang penerimaan laba antar5a dividen dan laba modal yang direinvestasi secara internal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Teori M dan M menyatakan bahwa di dunia yang sempurna (biaya transaksi selain pajak, dan tidak terdapat pasar lain yang tidak sempurna), nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh pembagian (distribusi) dividen. Sebagai kesimpulan, Teori M&M dan para pendukung teori irrelevansi dividen menyatakan, bahwa semua hal memiliki kesamaan dalam pengembalian yang dibutuhkan investor, dan karenanya nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Dengan kata lain, tidak terdapat “kebijakan dividen optimal” untuk perusahaan tertentu. ARGUMEN TENTANG RELEVANSI (KESESUAIAN) DIVIDEN Modigiliani dan Miller menambahkan bahwa kebijakan dividen yang tidak relevan (tidak sesuai) merupakan ide radikal pada saat kebijakan ini diajukan pertama kali. Kebijakan yang berlaku pada saat itu adalah apakah kebijakan pembiayaan dapat memperbaiki nilai perusahaan, dan selanjutnya kebijakan tersebut relevan (sesuai). Alasan utama dalam mendukung teori relevansi dividen dikemukakan oleh Myron J. Gordon dan John Lintner, yang menyatakan bahwa hubungan langsung antara kebijakan dividen perusahaan dengan nilai pasarnya. Hipotesis atau proposisi ini disebut sebagai argument bird-in-the hand argument (burung di tangan), yang menyatakan bahwa investor memandang dividen sekarang sebagai dividen yang kurang beresiko dibandingkan dengan dividen atau laba modal di masa mendatang. Modigliani dan Miller menambahkan bahwa teori the bird-in-the hand keliru. Mereka menyatakan bahwa para investor yang menginginkan arus kas secepatnya dari perusahaan yang tidak dapat membayar dividen dapat menjual porsi saham mereka. Ingat, harga saham perusahaan yang labanya ditahan akan naik setiap waktu, sejalan dengan penghimpunan arus kas internal perusahaan. Melalui penjualan beberapa saham per kwartal atau setiap tahun, para investor dapat mereplikasi (memperbanyak) gelombang arus kas yang sama yang akan mereka terima jika perusahaan membayar dividen, dibandingkan dengan jika perusahaan mempertahankan laba. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN PEMBIAYAAN Pemaksaan Hukum (Legal Constraint). Sebagian negara melarang pembayaran dividen kas menurut porsi biaya hukum perusahaan, yang biasanya diukur menurut nilai pari (par value) dari saham biasa. Negara-negara lainnya menetapkan biaya hukum (legal capital) tidak hanya mencakup nilai parir (par value) saham biasa, tetapi juga termasuk biaya yang dibayarkan atas kelebihan nilai pari saham. Beberapa pengetatan terhadap ketidakmampuan biaya ditetapkan untuk menyediakan ekuitas yang memadai untuk melindungi terhadap klaim (tuntutan) kreditor. Jika perusahaan lalai dalam memenuhi kewajibannya atau memiliki ketidaksanggupan membayar secara hukum atau mengalami kebangkrutan, sebagian Negara melarang pembayaran dalam bentuk dividen uang (kas). Selanjutnya, the Internal Reserve Service (IRS) melarang perusahaan untuk menggabungkan (mengakumulasi) laba untuk mengurangi pajak pemilik. Jika IRS menentukan bahwa perusahaan mengakumulasikan kelebihan laba, dan membolehkan pemiliknya menunda pembyaran pajak penghasilan atas penerimaan dividen, perusahaan mungkin akan dikenakan pajak atas kelebihan pajak penggabungan laba untuk laba tertaha (retained earnings) di atas $250,000 yang berlaku untuk sebagian besar bisnis. Pemaksaan Kontrak (Contract Constraint). Seringkali kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai (kas) dipaksakan oleh persyaratan perjanjian pinjaman yang sangat ketat. Biasanya, beberapa pemaksaan ini mengambat pembayaran dividen kas setelah perusahaan mendapai tingkat laba tertentu, atau mungkin membatasi nilai dollar dividen atau persentase laba dividen tertentu. Pemaksaan terhadap dividen ini membantu melindungi kreditor dari kerugian yang disebabkan oleh kebangkrutan atau ketidaksanggupan membayar perusahaan. Prospek Pertumbuhan. Kebutuhan pembiayaan perusahaan berhubungan langsung dengan seberapa besar pertumbuhan biaya yang diharapkan dan apa saja asset-asset yang dibutuhkan. Perusahaan harus menilai profitabilitas (laba) dan risikonya untuk mengembangkan pemahaman mengenai kemampuan perusahaan untuk menambah modal (pembiayaan) secara eksternal. Selanjutnya, perusahaan harus menetapkan biaya dan kecepatan dalam memperoleh pembiayaan. Biasanya, perusahaan besar dan telah matang memiliki akses modal (biaya) baru yang memadai, sementara itu perusahaan dengan pertumbuhan pesat mungkin tidak memiliki moal (pembiayaan) yang ada untuk mendukung proyek-proyek yang layak. Perusahaan yang sudah tumbuh mungkin tergantung pada pada pembiayaan internal melalui laba yang ditahan (retained earning), maka perusahaan mungkin membayar laba untuk dividen dengan persentase yang sangat kecil. Perusahaan yang sudah lama berperasi dengan posisi yang lebih baik membayar dividen dengan porsi laba yang lebih besar, khususnya jika perusahaan memiliki sumber pembiayaan yang stabil. Pertimbangan-Pertimbangan Pemilik (Owner). Perusahaan harus membuat kebijakan yang memiliki pengaruh besar terhadap kemakmuran mayoritas pemilik. (1) Pertimbangan pertama adalah status pajak pemilik perusahaan. Jika perusahaan memiliki persentase kemakmuran pemegang saham yang sangat besar dan penerimaan yang dapat diukur, perusahaan mungkin memutuskan untuk membayar laba dengan persentase rendah dan memungkinkan pemilik (owner) untuk menunda/menanggiuhkan pembayaran pajak setelah perusahaan menjual sahamnya. (2) Pertimbangan kedua adalah kesempaan investasi pemilik. Perusahaan tidak boleh mempertahankan biaya investasi untuk proyek dengan nilai pengembalian yang rendah, bilamana pemilik dapat memperoleh investasi eksternal dengan resiko yang sama. Jika ternyata bahwa pemilik memiliki kesempatan terbaik secara eksternal, perusahaan akan membayar persentase laba yang lebih tinggi. Jika kesempatan investasi perusahaan sebanding dengan resiko eksternal yang ada, maka pembayuaran laba akan semakin rendah. (3) Pertimbangan ketiga adalah penurunan kemampuan (potensi) kepemilikan. Jika perusahaan membayar persentase laba yang tinggi, modal atau pembiayaan ekuitas akan ditambahkan dengan saham biasa. Hasil dari penerbitan saham baru mungkin dapat mengurangi pengawasan dan laba bagi pemilik. Melalui pembayaran laba dengan persentase renah, maka perusahaan dapat meminimisir (memperkecil) kemungkinan terjadinya penipisan (penurunan) kepemilikan tersebut. (4) Pertimbangan-pertumbuhan Pasar. Satu teori baru-baru ini yang digunakan untuk menjelaskan keputusan pembiayaan perusahaan adalah teori pemenuhan pesanan (catering theory). Menurut teori ini, investor menuntut perubahan (fluktuasi) dividen setiap waktu. Contoh: selama ledakan ekonomi yang disertai dengan naiknya harga saham, investor mungkin lebih tertarik pada saham yang menawarkan keuntungan modal prospek yang sangat besar. Pada saat resesi ekonomi, dan harga saham turun, investor lebih menyukai saham dividen. Teori catering menyatakan bahwa perusahaan lebih sering menggunakan pembiayaan dividen atau menambah pembiayaan (modal) yang ada bila investor memperlihatkan preferensi (minat) yang kuat terhadap dividen. Maka perusahaan memenuhi pesanan terhadap preferensi investor. JENIS-JENIS KEBIJAKAN PEMBIAYAAN. Kebijakan dividen perusahaan harus dirumuskan melalui dua tujuan dasar yang tepat: menyediakan pembiayaan yang memadai dan pemaksimalan kemakmuran dari pemilik perusahaan. Kebijakan Dividen dengan Rasio-Pembiayaan Tetap. Jenis kebijakan dividen ini melibatkan menggunakan rasio pembiayaan konstan (tetap). Rasio pembiayaan dividen menyatakan persentase setiap dollar yang didapatkan, yang dibagikan (didistribusikan) perusahaan kepada pemilik dalam bentuk uang (kas). Rasio dividen ini dihitung dengan cara membagi dividen tunai perusahaan per saham dengan laba per saham. Pada kebijakan rasio dividen dengan pembiayaan tetap (constant-payout-ratio dividend), perusahaan menetapkan bahwa persentase laba yang dibayarkan kepada pemilik (owner) untuk setiap periode dividen. Masalah yang berkaitan dengan kebijakan ini adalah bahwa laba perusahaan menurun atau jika terjadi kerugian pada periode yang ditetapkan, dividen mungkin rendah atau sama sekali tidak ada. Karena dividen sering dianggap sebagai indikator kondisi perusahaan di masa mendatang dan sebagai indikator status perusahaan, maka dividen dapat menempatkan pengaruh negatif pada harga saham perusahaan. Kebijakan Dividen dengan Rasio-Pembiayaan Rutin (Regular). Jenis kebijakan dividen ini didasarkan pada pembayaran dividen dengan nilai dollar tetap pada setiap periode. Perusahaan yang sering menggunakan kebijakan ini meningkatkan dividen tetap (regular) setelah terjadi peningkatan laba perusahaan terus menerus. Berdasarkan kebijakan ini, dividen hampir tidak pernah menurun. Seringkali, kebijakan dividen regular (tetap) dibentuk dengan menggunakan rasio pembiayaan dividen target (target-dividend-payout ratio). Berdasarkan kebijakan ini, perusahaan berupaya membayar persentase laba tertentu, namun karena dbd ini mengalami perubahan (fluktuasi), maka pembayarannya ditetapkan dengan nilai dolar dan penyesuaian dividen untuk pembiayaan target disesuaikan bila terjadi penambahan laba (earnings). Contoh: Woodrad Laboratories memiliki rasio pembiayaan target sekitar 35 persen. Pembiayaan yang ditetapkan adalah 35% (S1.00 ÷ #2.85) pada saat kebijakan dividen ditetapkan tahun 2001, dan pada saat dividen naik $1.50 pada tahun 2010, maka rasio pembiayaan tersebut adalah seklitar 33% ($1.50 ÷$4.60). Kebijakan Dividen Tetap dan Tambahan Yang Rendah. Beberapa perusahaan menetapkan kebijakan dividen Tetapdan Tambahan yang rendah (low-regular-and-extra dividend policy) membayar dividen regular (tetap) yang rendah, didukung dengan dividen tambahan (ekstra) pada saat laba (earnings) tinggi dibandingkan pada periode laba normal yang ditetapkan. Disebut sebagai dividen tambahan (extra), karena perusahaan mengabaikan prediksi bahwa dividen meningkat secara permanen (tetap). Kebijakan ini sudah umum diantara perusahaan yang mengalamai perubahan siklus laba (earnings). Pada kebijakan dividen regular (tetap) dividen dibayarkan setiap periode, perusahaan memberikan penerimaan yang stabil kepada para investor, yang bertujuan untuk membentuk kepercayaan pada perusahaan, dan dividen ekstra (tambahan) mengharuskan perusahaan untuk membagi laba (earnings) pada periode waktu yang tepat. Perusahaan yang menggunakan kebijakan ini harus meningkatkan nilai dividen regular (tetap setelah terjadi peningkatan laba. Dividen tambahan (extra) tidak boleh dilakukan secara regular, hal ini dapat menyebabkan dividen tambahan tidak berguna. Penggunaan rasio pembiayaan dividen target dalam penentuan nilai dividen regular (tetap) sangat dianjurkan. JENIS-JENIS DIVIDEN LAIN (1) DIVIDEN SAHAM. Dividen saham (stock dividend) adalah pembayaran dividen kepada pemilik yang ada dalam bentuk saham. Perusahaan sering membayar dividen sebagai penggantian untuk menyesuaikan dividen uang (kas). Pada dividen saham, investor menerima saham tambahan menurut proporsi saham yang mereka miliki. Dalam hal ini tidak terdapat pembagian uang, dan tidak terdapat nilai nyata (real value) yang ditransfer dari perusahaan kepada investor. Dikarenakan jumlah saham sangat meningkat, maka penurunan harga saham disesuaikan dengan jumlah dividen saham yang ada. Aspek-aspek Akuntansi. Menurut istilah akuntansi, pembayaran dividen saham merupakan pemisahan biaya antara perkirana ekuitras pemegang saham dibandingkan sebagai arus biaya keluar (outflow of fund). Pada saat perusahaan menetapkan dividen, prosedur mengenai pengumuman dan pembagiannya adalah sama dengan dividen tunai yang ditetapkan sebelumnya. Data akuntansi yang berhubungan dengan pembayaran dividen saham dibedakan menurut ukruannya. Dividen saham biasa (kecil) adalah dividen saham yang mewakili kurang dari 20% hingga 25% saham biasa pada saat dividen ditetapkan. Dividen saham biasa (kecil) ini merupakan jenis dividen sahamyg sudah umum. Contoh: Ekuitas pemegahng saham yang disajikan pada Neraca Garrison Corporation memuat perkiraan sebagai berikut: Saham Istimewa (Preferen) $ 300,000 Saham biasa (100.000 saham dengan nilai pari $4) 400,000 Modal yang dibayarkan atas kelebihan nilai Pari 600,000 Laba yang ditahan (retained earning) 700,000 ------------ (+) Jumlah ekuitas pemegang saham $ 2,000,000 Dari contoh Neraca di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah ekuitas pemegang saham perusahaan tidak berubah, disini terlihat adanya perubahan biaya yang terjadi pada perkiraan ekuitas pemegang saham. Perspektif Pemegang Saham (Shareholders). Pemegang saham yang menerima dividen saham biasanya tidak menerima suatu manfaat. Setelah dividen dibayarkan, nilai per saham dari saham milik pemegang saham berkurang menurut proporsi dividen. Menurut cara ini, nilai pasar atau jumlah kepemilikan dalam perusahaan tidak berubah. Selanjutnya, dividen saham tidak dikenakan pajak. Proporsi kepemilikan dari pemegang saham dalam perusahaan tetap sama, dan selama laba (penerimaan) perusahaan tidak berubah, maka bagian sahamnya didasarkan pada jiumlah laba (total earning). Bila laba dan dividen saham perusahaan meningkat pada saat penerbitan dividen, maka menghasilkan kenaikan nilai saham pemegang saham. Perspektif Perusahaan. Penerbitan dividen saham lebih mahal daripada dividen kas, hal ini didasarkan pada beberapa manfaat dari beberapa biaya. Perusahaan menggunakan dividen saham sebagai cara untuk memberikan sesuatu kepada pemilik tanpa menggunakan uang (kas). Biasanya, bila perusahaan membutuhkan kas cadangan untuk membiayai pertumbuhan yang pesat, perusahaan menggunakan dividen saham. Bila pshj mengetahui bahwa perusahaan mereivestasi arus kas untuk memaksimalkan penerimaan masa mendatang, nilai pasar perusahaan harus tidak berubah. Selanjutnya, jika dividen saham dibayarkan untuk mempertahankan kas dalam memenuhi tagihan-tagihan sebelumnya, disini menyebabkan penurunan nilai pasar. (2) PEMBAGIAN SAHAM. Meskipun bukan sebagai jenis dividen , pembagian saham (stock split) memiliki pengaruh terhadap harga saham perusahaan seperti halnya dividen saham. Stock split adalah metode yang sudah umum digunakan untuk harga saham perusahaan yang rendah melalui penambahan jumlah saham kepada setiap pemegang saham. Contoh: pada metode pembagian saham 2-for-1 split, dua saham baru ditukar dengan satu saham lama, dimana setiap satu saham baru memiliki nilai separuh dari saham lama. Pembagian saham (stock split) tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan dan biasanya metode stock split tidak dikenakan pajak. Pembagian saham mungkin dapat dilakukan melalui cara yang diinginkan. Seringkali pembagian saham dengan metode kebalikan (reverse stock split) digunakan. Perusahaan menukar beberapa saham yang beredar (saham lama) dengan satu saham baru. Pada metode pembagian pemisahan 1-for-3 split, satu saham baru ditukar dengan 3 tiga saham lama. Pada metode pemisahan reverse (kebalikan), harga saham naik disebabkan oleh pengurangan saham yang lama (yang telah beredar). Perusahaan melakukan metode reverse split jika harga saham rendah, dan melakukan pertukaran saham lama dengan saham baru bila terdapat ancaman terhadap penghapusan saham tersebut.   KESIMPULAN. (1) Kebijakan pembiayaan berhubungan dengan arus kas yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham biasa. Saham biasa memberikan hak kepada pemiliknya untuk meneirma semua dividen masa mendatang. Nilai sekarang untuk semua dividen masa mendatang diperkirakan melebihi dari nilai saham yang ditetapkan oleh perusahaan. (2) Pembiayaan prsjh tidak hanya mewakili arus kas untuk pemegang saham, tetapi juga memuat informasi yang bermanfaat mengenai kinerja perusahaan sekarang dan di masa mendatang. Informasi tersebut mempengaruhi persepsi pemegang saham mengenai risiko perusahaan. Perusahaan juga dapat membayar dividen saham, menggunakan metode pembagian saham (stock split) atau membeli kembali saham. Semua kegiatan yang berhubungan dengan dividen dapat mempengaruhi risiko, pengembalian dan nilai perusahaan yang disebabkan oleh arus kas dan kapasitas informasinya. (3) Meskipun teori tentang relevansi dividen masih digunakan, perilaku sebagian perusahaan dan pemegang saham menyatakan bahwa kebijakan pembiayaan mempengaruhi harga saham. Oleh karena itu manajer mencoba untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijakan dividen yang disesuaikan dengan tujuan pemaksimalan harag saham perusahaan. >>> Terima bantu penyelesaian makalah, skripsi, thesis, disertasi, olah data SPSS, SEM, AMOS untuk semua jurusan (fakultas) kecuali Teknik <<<

1 komentar:

  1. Keputusan pembayaan perusahaan merupakan satu straegi yang sangat penting, karena dapat berdampak signifikan pada kebijakan harga saham perusahaan dan terkait dengan keputusan bagaimana untuk mendistribusikan laba kepada pemegang saham, berapa yang yang dibagikan kepada pemegang saham, dan apa tujuannya. Dalam hal ini, perusahaan menghadapi 2 dilema apakah memfokuskan pada kebijakan investasi atau pada pembiayaan modal perusahaan untuk meningkatkan nilai pengembalian saham atau divien. Mengingat pentingnya keputusan pemboayaan perusahaan, maka perusahaan harus lebih cermat dalam mengalokasikan biaya menurut pos-pos yg lebih terarah dan terencana dan berdaya guna melalui pengalokasikan biaya secara efektif dan efisien, yang pada gilirannya dapat memaksimalkan laba bersih (net income) dan nilai return kepada pemegang saham atau pemegang dividen perusahaan. ta.

    BalasHapus